lalu, ia melangkah pelan. ringan bagai tak ada beban. dengan satu pandangan syahdu ia menatapku tajam. lalu diam. hanya diam. tak mampu ucapkan sebuah kata karena jantungku yang bergetar geram. mengapa kau diam?
aku kelu, termakan waktu yang tak mau berlalu. menanti jawabanmu yang sebenarnya kutahu. dahulu, saat perbincangan ringan itu. biarlah begitu. asal biarkan cincin itu melingkar di jarimu, bukan untukku. tapi untuk kisah yang pernah berlaku.
sebuah tiara terindah di malam kala dirimu bercahaya dengan megah. sebuah halo, sebuah cincin dariku. untukmu, rembulan.
Sunday, November 25, 2007
Thursday, November 8, 2007
Meminang Rembulan
Kala angin berhembus di kegelapan malam, mencekam dan buatku tenggelam. Aku memandang jauh ke cakrawala. Bintang-bintang menyingkir, menjauh dari cahaya kuningmu yang lembut. Membelai rambutku dengan kasih tak terganti, tulus dan tiada henti.
Pernahkah kau merasa sendiri? Di sana, seperti sepiku di sini.
Aku terpancang, menengadah ke wajahmu dengan perasaan sungguh dan penuh. Saatnya jujur pada sosok yang tak terganti, sudah waktunya mengikuti kata hati. Walau degup jantung membahana, menggedor-gedor dan buat jatuh setiap egoku. Berserakan dan bersimpuh di bawah kakimu. Luluh, seperti diri ini kala mengecupmu. Dahulu, bila kau ingat semua rasa yang kita buat, dan kuharap tak pernah berlalu.
Jawablah dengan jujur sayang, "Maukah kau menikahiku? Menjadi cerita terindah yang kan selalu temani hidupku, sampai maut memisahkan kita."
Lalu lagu itu mengalun, diiringi cahaya lilin-lilin yang kunyalakan hanya untukmu. Hari ini, yang kuharap akan segera datang.
Pernahkah kau merasa sendiri? Di sana, seperti sepiku di sini.
Aku terpancang, menengadah ke wajahmu dengan perasaan sungguh dan penuh. Saatnya jujur pada sosok yang tak terganti, sudah waktunya mengikuti kata hati. Walau degup jantung membahana, menggedor-gedor dan buat jatuh setiap egoku. Berserakan dan bersimpuh di bawah kakimu. Luluh, seperti diri ini kala mengecupmu. Dahulu, bila kau ingat semua rasa yang kita buat, dan kuharap tak pernah berlalu.
Jawablah dengan jujur sayang, "Maukah kau menikahiku? Menjadi cerita terindah yang kan selalu temani hidupku, sampai maut memisahkan kita."
Lalu lagu itu mengalun, diiringi cahaya lilin-lilin yang kunyalakan hanya untukmu. Hari ini, yang kuharap akan segera datang.
Subscribe to:
Posts (Atom)