Aku punya seorang sepupu. Ia selalu memeluk erat buku merahnya.
Bukunya merah, tidak semerah darah, pun tidak semerah rona muka ayah
saat marah. Bukunya hanya merah, tidak semerah gincu yang dipakai ibu
saat hendak pergi arisan, atau gaun merah kakak saat kali pertama
menghadiri pesta dansa.
Buku merah, itu saja yang selalu didekapnya erat. Entah sudah berapa
lama ia memeluk buku merah itu. Sejauh aku dapat mengingat, ia telah
mendekapnya sejak 5 tahun yang lalu.
Satu hari, saat aku menemani ibu pergi arisan di rumahnya. Aku memberanikan diri untuk bertanya.
“Sandra, buku merah apa sih itu yang selalu kau dekap?”
Sandra memang selalu pendiam, jadi selama 5 tahun ini aku kerap
mengurungkan niatku untuk bertanya. Walau rasa penasaran selalu datang
menyergap benakku kala melihat buku berwarna merah yang lain, yang
tidak sedang didekap Sandra karena memang bukan miliknya.
Untuk beberapa waktu ia hanya diam. Saat aku hendak menyampaikan batinku, untuk melupakan pertanyaanku, ia menjawab:
“Ini, di dalam buku ini ada sosok Sandra yang tidak kau kenal. Mungkin
dikenal beberapa kerabat yang lebih tua, tapi aku yakin kau tidak
mengenalnya,” ujarnya terbata-bata.
Aku tertegun karena bingung berusaha mencerna kata-katanya.
“Sandra siapa?” batinku.
Dengan tangan bergetar ia menyodorkan dan membuka buku merah yang
selalu didekapnya itu. Di halaman pertama tertulis, Sandra Angelina
Putri. Lalu ia membalik halamannya. Terlihat sebuah potret gadis yang
sangat cantik.
“Waw, ini kamu?” Kataku sambil memandangi foto di dalam buku itu.
“Iya…” Sahutnya.
“Ini aku, beberapa bulan sebelum aku kehilangan kedua bola mataku seperti yang kau lihat sekarang…”
“Juga sebelum aku kehilangan hidupku…”
“Ooooo..,” gumamku. “Tapi kau tetap sepupuku kan?”
Dan kulihat sandra menganggukkan kepalanya yang memperlihatkan lubang besar tempat di mana bola mata seharusnya berada.
-Tamat-
Wednesday, September 18, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Amazing. Ini fiksi kan bang? Ayo bikin cerita ringan lainnya, nanti aku baca hohoho...
-banana-
Amazing. Ini fiksi kan bang? Ayo bikin cerita ringan lainnya, nanti aku baca hohoho...
-banana-
Post a Comment